Maher Zain, penyanyi Swedia yang berdarah Lebanon, memang fenomenal. Lewat dendangan lagu-lagunya, ia mampu memikat telinga sekaligus hati orang yang mendengarnya. Lagu-lagunya multibahasa, mulai dari bahasa Inggris, Arab, Perancis, Urdi, Turki, bahkan bahasa Indonesia. Satu lagunya ada yang berjudul Insha Allah. Lagu ini bercerita tentang optimisme bahwa Allah swt akan memberikan jalan keluar ketika kita berada dalam kesukaran.
Nah, kali ini saya ingin menulis tema tentang Insya Allah, sebuah ucapan yang sudah lekat dengan keseharian kita.
Suatu hari, orang-orang Quraisy Makkah bertanya kepada Rasulullah tentang persoalan ruh, tujuh pemuda yang masuk gua (ashabul kahfi), dan Dzul Qornain. Lalu Rasulullah menjawab, ‘Besok akan aku kabari tentang persoalan yang kalian tanyakan’.
Lalu, apa yang terjadi dengan Rasulullah? Ternyata, beberapa hari wahyu tidak turun kepada Rasulullah yang memberi jawaban terhadap persoalan-persoalan yang ditanyakan kepada beliau, sehingga beliau pun tidak bisa menjawab pertanyaan orang-orang Quraisy. Sebabnya adalah karena Rasulullah tidak mengatakan insya Allah. Terhadap peristiwa ini, turunlah wahyu,
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’…(surat al-Kahfi: 23-24)
Ayat itu bukan hanya ditujukan untuk Rasulullah. Kita, sebagai umatnya, juga termasuk yang dituju oleh ayat itu. Jadi, kalau kita ingin melakukan sesuatu, maka janganlah kalian mengatakan, ‘Aku akan lakukan itu nanti atau besok’. Kita harus menyertainya dengan kalimat insya Allah.
Sesungguhnya efek ucapan insya Allah tidak bisa dianggap remeh. Akibatnya bisa fatal jika kita meninggalkan ucapan insya Allah. Kita tahu siapa Sulayman, bukan? Beliau bukan hanya seorang Nabi, tapi juga seorang raja. Beliau adalah putra Dawud, yang juga seorang Nabi sekaligus raja. Kerajaan Nabi Sulayman membentang luas dan ia memiliki puluhan istri.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang Nabi Sulayman, yang bunyinya seperti ini,
قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ: لأَطُوْفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى تِسْعِيْنَ امْرَأَةً، كُلٌّ تَأْتِى بِفَارِسٍ يُقَاتِلُ فِى سَبِيْلِ اللهِ. فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ: قُلْ إِنْ شَاءَ اللهُ، فَلَمْ يَقُلْ إِنْ شَاءَ اللهُ. فَطَافَ عَلَيْهِنَّ جَمِيْعًا فَلَمْ تَحْمِلْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ فَجَاءَتْ بِشِقِّ رَجُلٍ. وَأَيْمُ الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللهُ لَجَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ فُرْسَانًا أَجْمَعُوْنَ
‘Sulayman bin Dawud berkata, ‘Sungguh, aku akan menggilir 99 istriku pada malam ini, sehingga masing-masing istriku itu akan melahirkan pejuang yang akan berjuang di jalan Allah’. Lalu sahabatnya mengingatkannya, ‘Ucapkanlahinsya Allah’. Tapi Nabi Sulayman tidak mengucapkannya. Kemudian Nabi Sulayman menggauli semua istrinya, dan tidak ada satu orang pun dari mereka yang hamil, kecuali satu orang istri saja yang melahirkan satu orang anak dengan wujud setengah manusia. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya ia (Sulayman) mengucapkan insya Allah, niscaya semua istrinya akan melahirkan pejuang-pejuang yang berjuang di jalan Allah’.
Itulah yang didapatkan Nabi Sulayman ketika lupa mengucapkan insya Allah. Anak yang dilahirkan istrinya mengalami cacat fisik dan mental. Kita tidak tahu setengahnya lagi berwujud apa.
Jadi, kalau kita ingin melakukan sesuatu, maka ucapkan insya Allah. Ucapkanlah dengan benar. Jangan mengucapkan insya Allah sekedar basa-basi dan pemanis lidah. Ucapan insya Allah yang benar akan menambah kesempurnaan sesuatu yang akan kita lakukan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon